RUTE EVAKUASI TSUNAMI MENGGUNAKAN ANALISIS JARINGAN SEBUAH STUDI KASUS KOTA PADANG
Faisal Ashara *, Dilanthi
Amaratungaa, Richard Haigha
LATAR BELAKANG
Padang adalah kota pantai, yang
terletak berhadapan dengan Samudra Hindia. Tepat di seberang kota Padang, ada
daerah subduksi, yang dapat memicu gempa kuat dan menghasilkan tsunami. Potensi
bahaya tsunami di kota Padang telah dipelajari oleh komunitas riset
Internasional. Mereka
semua memiliki pendapat yang sama bahwa Padang adalah wilayah yang paling
mungkin hancur oleh tsunami besar yang mungkin terjadi dalam waktu singkat.
Potensi risiko tsunami di kota Padang ada sebagai probabilitas tinggi karena
banyak orang tinggal dan pindah di wilayah pesisir.
Berdasarkan penelitian Harisman, Desa Pasir Nan Tigo memiliki
tingkat kerentanan mobilitas yang rendah, karena faktor lokasi yang jauh dari
zona aman tsunami. Desa Pasir Nan Tigo adalah tempat penelitian dalam
penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menilai rute evakuasi di daerah
ini dengan menggunakan Analisis Jaringan. Dengan tujuan mengurangi jumlah
korban jiwa di desa ini, algoritma jalur terpendek diterapkan untuk
menganalisis arah gerakan, dan masyarakat waktu perjalanan perlu sampai ke
daerah yang aman dari tsunami.
KARAKTERISTIK TSUNAMI DI KOTA
PADANG
Menurut Singh, Hananto, selang
waktu antara gempa kuat pertama dan tsunami yang menghantam pantai Padang
adalah sekitar 20-30 menit. Dengan demikian, diharapkan warga bisa
menyelamatkan diri <30 menit. Berbeda dengan kondisi sebenarnya, warga harus
berjalan 3-5 km ke area aman. Interval waktu untuk evakuasi tsunami di kota
Padang sangat singkat atau ekstrim.
Untuk mencapai zona aman,
kecepatan gerakan evakuasi dalam evakuasi adalah faktor kunci sebelum tsunami menghantam
kota. The Japan Institute for Fire Safety and Disaster Preparedness (1987,
in (Amin, 2006)) memberikan gambaran tentang kondisi jalan dan kecepatan
berjalan rata-rata dalam evakuasi bencana dari 0,751 m/s menjadi 1,07 m/detik
untuk beberapa kondisi jalan kaki. Juga, studi TCRP/NCHRP merekomendasikan
kecepatan pengungsi yang berjalan dalam evakuasi adalah 1,1 m/detik atau 66
m/menit. Untuk menganalisis jarak tempuh pengungsi di wilayah studi menggunakan
1,1 m / s.
METODOLOGI PENELITIAN
Pasir Nan Tigo adalah
salah satu dari 104 desa perkotaan di kota Padang, yang merupakan bagian dari
distrik Koto Tangah. Desa ini terletak di utara, dan di pantai kota Padang
Berdasarkan Peta Evakuasi
Tsunami untuk kota Padang, seluruh desa berada di daerah genangan atau zona
merah. Dengan demikian, seluruh penduduk akan memiliki risiko tinggi terhadap
ancaman tsunami. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, posisi desa Pasir Nan
Tigo yang terletak di pantai, dan pemerintah kota Padang telah menunjukkan
bahwa seluruh wilayah berada di Daerah Genangan Tsunami.
Secara Geografis, pola garis
desa dari Utara ke Selatan; juga pola jaringan jalan utama di desa ini juga
sejajar dengan pantai atau pola jaringan jalan yang memanjang dari Utara ke
Selatan. Pada Gambar disamping,
jalan utama desa ini berwarna hijau, dengan klasifikasi kolektor sekunder atau
Jalan Kolektor.
Pola jalan ini akan mengurangi
waktu evakuasi tsunami (<30 menit) dan akan meminimalkan kemungkinan selamat
dari tsunami. Secara umum, kondisi jaringan jalan yang ada cukup lebar, dan
konstruksi trotoar dalam kondisi baik.
Namun, ada sungai yang
menghalangi desa ini ke desa di sebelahnya. Kemudian pemerintah, dengan
proposal dari masyarakat pada 2015 membangun jembatan yang menghubungkan desa
ini dengan desa Lubuk Buaya.
Analisis jaringan yang
digunakan dalam Jurnal
ini adalah; Fasilitas Terdekat, Area Layanan, dan Alokasi Lokasi.
• Area layanan jaringan adalah
waktu tempuh dalam satu area
ditandai dengan titik di jaringan yang dapat dijangkau dalam waktu 5 menit dari titik tersebut.
• Alokasi lokasi adalah untuk
menemukan fasilitas dengan cara yang memasok titik permintaan paling efisien
ANALISIS JARINGAN JALAN DAN
FASILITAS TERDEKAT
Analisis fasilitas terdekat dari
ekstensi Jaringan Analis ArcGIS telah dilakukan untuk mendapatkan gambaran
tentang waktu tempuh terjauh dari pantai sebagai zona rawan tsunami ke zona
tsunami yang aman. Beberapa titik representasi ditetapkan di ujung jalan di
pantai sebagai perwakilan titik awal komunitas yang bergerak paling dekat
dengan laut.
Beberapa titik
representasi ditetapkan di ujung jalan di pantai sebagai perwakilan titik awal
komunitas yang bergerak paling dekat dengan laut. Di peta dilambangkan dengan
"X," dan berjumlah 16 poin. Kemudian, zona tsunami aman diwakili oleh
titik persimpangan di jalan kota Pass-Padang. Pada peta dilambangkan dengan ikon 'H,' dan angka 4 titik
persimpangan. Setelah itu, analis fasilitas terdekat disintesis untuk
mendapatkan jalur evakuasi atau jalur terpendek yang dapat diambil oleh
masyarakat dari setiap titik ke salah satu titik pengumpulan yang dipilih di
zona tsunami aman
Area
layanan 30 menit dari pantai menuju zona aman
Gambar diatas menunjukkan
bahwa; tingkat wilayah layanan sebelum dan sesudah jembatan dibangun, tidak
akan memberikan dampak yang signifikan bagi pengungsi Pasir Nan Tigo. Efek ini
disebabkan oleh jarak antara desa Pasir Nan Tigo dengan zona tsunami yang aman
dan tindakan evakuasi dengan berjalan kaki, bukan dengan kendaraan.
Area
layanan 30 menit tanpa Jembatan 1
Hasil analisis
menunjukkan bahwa masyarakat Pasir Nan Tigo tidak akan dapat mencapai zona
tsunami aman tepat waktu (lihat Gambar diatas). Mereka hanya bisa mencapai jalan arteri primer (jalan
Adinegoro)
Analisis
berikutnya adalah kontras dengan analisis sebelumnya, yaitu, meninjau tingkat
area layanan ketika dihitung dari zona tsunami aman. Metode ini menunjukkan cakupan
area layanan dari zona aman tsunami dari titik aman dalam rentang waktu 30
menit. Hasil analisis pada peta menunjukkan bahwa Pasir Nan Tigo jauh dari
cakupan zona aman tsunami (dapat
dilihat pada gambar disamping)
Hasil analisis
fasilitas dan analisis area layanan terdekat yaitu pengungsi dari Pasir Nan Tigo tidak mungkin mencapai zona
tsunami aman pada waktunya, atau kurang dari 30 menit dengan metode evakuasi
berjalan kaki. Dapat disimpulkan bahwa metode evakuasi horizontal untuk
populasi Pasir Nan Tigo tidak efektif atau tidak tepat, dengan jarak yang jauh
sebagai alasan utama.
ANALISIS LOKASI - LOKASI
Metode
Analisis Lokasi-Alokasi adalah metode yang mampu menentukan lokasi
optimal dari beberapa kriteria yang diperlukan. Dengan analisis alokasi
lokasi, dalam analisis lokasi penampungan terbaik, baik untuk satu tempat
penampungan, dua tempat penampungan atau tiga.
Analisis ini membutuhkan permintaan,
fasilitas (sebagai kandidat) dan jaringan (sebagai jalan).
Permintaan dalam analisis ini adalah rumah-rumah penduduk dan kemudian diwakili
pada satu titik untuk setiap plot rumah.
*Rumah dapat diartikan sebagai wakil
kepala rumah tangga atau keluarga.
Saat ini,
seluruh area desa Pasir Nan Tigo tidak memiliki Tempat Hunian Tsunami. Bukit
tidak tersedia di daerah ini karena topografi desa ini datar, tidak ada tempat
tinggi yang bisa dijadikan tempat berlindung alam. Tidak ada bangunan berlantai
banyak, hanya rumah dua lantai, dua toko berlantai dua, dan gedung universitas
3 tingkat Muhammadiyah dan tidak ada yang disiapkan untuk tempat penampungan
tsunami.
Berdasarkan gambar di atas
merepresentasikan jumlah petak rumah yang tercatat adalah 2016. Semua fasilitas ini
digunakan sebagai titik 'kandidat' untuk penampungan tsunami. Kemudian setelah
fasilitas dan tuntutan didefinisikan, kemudian menetapkan 'cutoff impedansi'
adalah 30 menit, karena tsunami melanda kurang dari 30 menit.
Hasil analisis
alokasi lokasi untuk SATU tempat tinggal; Kantor Pusat (Kantor Lurah) Desa Pasir Nan Tigo
diperoleh sebagai lokasi shelter yang dipilih,. Jika shelter dibangun di lokasi
kantor lurah ini, diharapkan untuk melayani 1625 rumah. Atau jika dianggap
rumah yang berisi empat orang, maka tempat penampungan dipandang mampu melayani
6500 orang, atau tempat penampungan ini akan mampu menampung 80,61% dari total
populasi desa Pasir Nan Tigo
Dua lokasi
shelter yang dipilih adalah Masjid Cahaya Rohani (Masjid) dan SDN 06 (Sekolah
Dasar). Masjid Cahaya Rohani diharapkan dapat menampung 1.400 rumah tangga, dan
SDN 06 diproyeksikan untuk menyediakan 566 rumah tangga. Total rumah tangga
yang disediakan adalah 1966 rumah tangga atau 97,52%. Sebuah rumah berisi empat
orang, masjid akan menampung 5600 orang, dan sekolah akan menampung 2264,
dengan total 7864 penduduk Pasir Nan Tigo.
KESIMPULAN
Hasil fasilitas terdekat adalah 16 titik
representasi masyarakat dikelompokkan menjadi tiga kelompok ke zona tsunami
aman. Kemudian orang-orang mungkin mengambil enam rute evakuasi ke zona tsunami
yang aman. Tiga kelompok pengungsi masing-masing menuju ke tiga titik
pengumpulan yang berbeda di zona aman. Dapat disimpulkan bahwa semua
masyarakat Pasir Nan Tigo tidak mungkin mencapai zona tsunami aman pada
waktunya.
Karena jalur
terpendek menuju zona aman dibutuhkan 47,95 menit. Lebih jauh lagi, hasil
analis dari Area Layanan menyatakan bahwa tidak semua komunitas Pasir Nan Tigo
akan dapat mencapai zona tsunami yang aman tepat waktu atau kurang dari 30
menit.
Hasil Analisis
Fasilitas dan
Analisis Area Layanan terdekat menunjukkan bahwa metode evakuasi horizontal
untuk populasi Pasir Nan Tigo tidak efektif atau tidak akurat, dengan alasan
utama; bahwa jaraknya sangat jauh. Oleh karena itu, mereka membutuhkan rencana
evakuasi vertikal seperti membangun tempat penampungan.
Kemudian, analisis
Lokasi-Alokasi telah menentukan lokasi optimal dari penampungan vertikal
tsunami tiga opsi. Dari ketiga
opsi tersebut direkomendasikan asumsi yang ketiga yang mana masjid, musholla,
serta sekolah dasar dapat melayani 100% populasi Pasir Non Tigo













Komentar
Posting Komentar